Selasa, 29 November 2011

Sebuah jeritan Hampa

Entah Di mulai darimana awal kisah ini..

Kadang ku mencoba kuat setegar batu karang..

Namun perlahan batu karang itu rapuh..

Oleh deburan teriakan ombak yg menghempas..

Ternyata Aku tak setegar dahulu..


Hati ini mulai berulah..

Sakit..

Perih tak tampak..

Akan duka yang menyiksa jiwa..


Namun semua tertahan tak dapat menyeruak..

Tak ada yang tau, tak ada yang peduli..

Tak ada yang mendengar jeritan hati ini..

Aku terdiam membisu hanya dengan air mata..



Kau Tau Apa..

Akan Duka yang menyiksa batin..

Sesak.. Resah..

Lagi Perih


Cukup Sudah Aku berbual pada dunia!

Aku tak tahan dengan semua dusta!

Dunia ini fana, tuan!

Rasanya aku ingin berteriak!



Namun Tuhan Ada ada saja..

Untuk apa kita saling dipertemukan

Jikalau kau hanya membuatku menderita!

Akan bualan racunmu itu!


Kau Bilang Aku sombong?

Tahu apa kau akan diriku?

Aku terlalu naif!! Kau pikir begitu??

Maaf Tuan! kau salah besar!



Aku terlihat sombong karena aku tak mau terlihat rapuh!

terutama dihadapanmu, tuan!

Cukup sudah aku berdusta dengan semuanya!

Aku terlalu banyak mengelak realita!

Jika aku adalah debu! Ku berharap angin menyapuku hingga terhapuskan!



Seperti Dongeng

Berharap bisa memiliki akhir yang bahagia

Tapi pada akhirnya aku menyadari

dongeng tidak selalu memiliki akhir yang bahagia


Dan sekarang aku tahu, aku begitu lelah untuk mengikuti alur cerita ini

tolong, katakan padaku di mana pintu keluar!!

Aku Masih Mencintaimu

Kebiasaanku saat masih SMA saat itu adalah membaca buku cerita atau novel sendirian di taman sekolah, hampir aku lakukan setiap hari. Hingga datang seorang cowok asing duduk disebelahku yang sedang membaca buku pula, aku hanya melirik dan dia akhirnya yang angkat bicara.
“ehm… maaf, aku boleh duduk sini kan..?”
“boleh aja, gak ada yang ngelarang, toh ini juga milik sekolah, siapa aja boleh pakek dong”ketusku dengan nada tak suka yang memang aku merasa terganggu dengan kedatangannya.
“kenalin, aku danar” sembari mengajak berjabat tangan.

“nia, kamu kelas berapa kok aku belum pernah liat kamu sebelumnya..?” tanyaku mulai mengembangkan senyum, dan ketika aku melihat wajah danar, cukup tampan dan tak jenuh untuk dipandang, manis sekali.
“3 Ipa 2, mungkin kamu yang nggak pernah mau bergaul dengan kelas lain, sampai-sampai tidak mengenal aku yang hampir 3 tahun sekolah disini”

“ya maaf, aku kurang suka aja, abisnya mereka gak sebanding sama aku, aku kan gak suka jalan-jalan, sedangkan mereka semua anak orang kaya yang suka jalan-jalan, ngabisin uang orang tuanya”
“nggak juga, ada yang nggak kok. Oh iya, aku perhatiin kamu sering banget kesini duduk sendiri, emang nggak pengen ditemenin ya..??”

“hobi sendiri, udah dulu ya, mau kekelas” sergahku cepat karena aku melihat sepasang mata yang sedang memperhatikanku dengan danar. Aku segera lari kekelas karena takut dicegah atau dicegat oleh danar ataupun oleh cewek itu.
Sejak kejadian itu, aku tak pernah berhenti memikirkan danar, terlebih sekarang sudah mulai dekat. Dimulai sms’n dan telfonan. ‘apa artinya ini, jangan sampek aku suka sama cowok yang udah punya cewek’, pikirku.
“hayyo.. ngelamun aja, mikirin danar ya..??” ledek sahabat dekatku.
“iya des, kenapa ya..??”

“ye… itu mah tanda-tanda jatuh cinta”
“sok tahu ah”
“iya, siapa juga yang sok tahu, aku juga pernah ngerasain kok, tapi aku saranin ati-ati aja sama dian”
“dian..? cewek yang selalu merhatiin aku itu maksud kamu..?”
“ya iyalah, kamu ini belum tahu ya ternyata, sekarang aku tanya, cowok paling keren, baik hati, tampan, trus gak sombong, sampek2 di jadiin favorit itu siapa coba..?”
“gak tahu lah.. emang siapa?”
“ya danar, tapi kasian dia, udah dijodohin sama orangtunya buat nikah sama dian, makanya dian sok berkuasa, padahal sifat dian sama danar itu beranding terbalik, dan kabar lagi klok dian itu cewek nggak bener”

“hush… nggak boleh ngatain orang sembarangan lah, nggak baik nyebar fitnah yang nggak2 desi”
“ya  udah klok nggak percaya, aku mau makan dulu laper ini”
Aku hanya membalas dengan senyuman saja, senyuman yang sama seperti biasanya, senyuman yang biasa aku lemparkan untuk semua sahabat-sahabatku, termasuk danar. Walaupun aku diam-diam mulai menyayangi danar tapi aku coba untuk memendamnya dan biarkan ditelan oleh waktu, sekalipun gossip antara aku dan danar sudah mulai membengkak, aku akan terima semua, termasuk dian yang sebentar lagi akan mendatangiku (labrak). Oke… aku akan terima semua dan aku jelaskan semua.

Sekolah berakhir untuk hari ini, harus pulang cepet dan beres-beres rumah karena kakakku akan pulang dari bandung. Tapi naas banget, dian dan kawan-kawan udah stand by di gerbang dan aku tahu apa yang akan dia lakukan.

“heh.. cewek blagu, yang suka centil sama cowok orang lain..?” ketus dian.
“kamu panggil aku?” aku masih menunjukkan muka tenang seolah tak akan terjadi apa-apa.
“ya iyalah, masih nggak ngerasa aja lo” dian sudah siap ingin menampar aku tapi sebelum itu terjadi danar datang dan menghadang dian.
“dian,  lo gak usah blagu, jangan mentang2 ortu gw  njodohin kita, jangan se enaknya ngatur hidup gw, kita blom sah jadi suami istri, jadi jangan coba-coba ikut campur urusan gw, semua apa yg gw lakuin bukan urusan lo. Ngerti….!!!!”

“tapi kan sayang….” Belum selesai dian berbicara sudah ditinggal danar dan nia.
“kamu nggak apa-apa nia?”
“nggak kok makasih ya..?” niatku ingin menjauh dari danar tapi kalah cepat dengan genggaman tangannya.
“nggak usah kayak gitu nia, aku nggak suka kamu menjauhi aku,, apa kamu nggak ngerasain apa yang aku rasain..?”
“maksud kamu..?”
“aku sayang sama kamu, aku pengen hidup selamanya sama kamu, bukan sama dian, aku udah tahu semuanya tentang dian, aku nggak mau itu terjadi”
“maaf danar, aku nggak bisa. Kamu udah dijodohin sama orang tuamu, jadi hargai mereka, walaupun aku juga sayang sama kamu, aku akan menjauh dari kamu dan memendam rasa ini” selesai berkata aku berlari dan langsung naek kendaraan umum.
Aku sengaja menjauh dari danar, dan tak pernah kasih kabar untuknya. Sampai kuliah pun aku tak pernah kasih tahu dimana tempatnya.
***
Sekarang, memang ada rasa nyesel tapi turut berbahagia juga.
“hayo, ngelamunin apa?”
“eh kak adit ngagetin aja, nggak ngelamunin apa-apa kok. Kakak mau nikah kapan..?”
“nunggu kamu abis sarjana aja lah, kenapa emangnya dik..?”
“nggak apa2, Cuma Tanya”
“kakak tahu semuanya”

“hem.. bagus deh” aku hanya melempar senyum dan kekamar beres-beres kemudian berangkat ke kampus.
Memang tak terasa wisudaku sudah di ambang pintu, tapi rasanya aku masih ingin meneruskan kuliahku,, ah.. nggak mungkin, mau bayar pakek apa,, sedangkan duit aja nggak punya. Saat duduk sendiri, aku melihat dian kekampusku, ‘mau ngapain dia’ pikirku. Ternyata dian selama ini satu kampus denganku, kenapa aku tak pernah menyadari itu ya..?

Aku sudah wisuda, dan sebentar lagi bekerja, tapi kakakku tak kunjung menikah malah mau menunggu aku yang menikah duluan, aneh banget lah. Dan tak terasa pula hari pernikahan danar dengan dian telah tiba , aku terpaksa menghadirinya karena bujukan kak adit, kakakku sendiri. Akad nikah pun akan dilaksanakan, tapi sial mungkin saat menyebut nama mempelai wanita bukan menyebut nama dian, tetapi menyebut namaku. Aku bingung, kenapa jadi begini dan tak bisa berkutik sama sekali, hal itu pun terulang 3 kali sampai akhirnya orang tua danar bertanya kepada danar.

“danar, jangan bikin malu papa”
“siapa yang bikin malu papa, danar nggak bisa nyebutin nama dia, danar Cuma pengen sama nia pa”
“siapa nia..?”

“nia itu, dia” danar menunjuk aku dan semua mata tertuju padaku, aku tak tahan dibeginikan, akhirnya aku mengambil keputusan untuk meninggalkan tempat ini. Tapi kalah cepat lagi dengan danar..
“pliss nia, jangan menjauh dari aku, aku sayang banget sama kamu, aku Cuma pengen nikah sama kamu.” Tanpa memberiku kesempatan berbicara, aku diajak untuk duduk bersebelahan dengan danar. Aku hanya diam saja sekalipun dinikahkan dengan danar, yang bisa aku lakukan hanya menangis bahagia.
“danar, makasih ya, kamu masih menyimpan rasa cinta dan sayangmu untukku”
Danar tersenyum “rasa cinta dan sayangku tak akan pernah terganti oleh siapa pun nia”
Air mata dan senyuman bahagia selalu berkembang dan merekar indah…

TAMAT  J J J ……





                                                                                                        'kumpulan crita remaja

Selasa, 01 November 2011

Kehadiran_mu

Embun pagi menyejukan hatiku
peri peri mungil menari diantara dedaunan
kicauan burung pagi begitu indah
seiring kilauan sang surya
bias cahaya pelangi melintas dihatiku
ribuan bidadari ikut berdendang
menyongsong pagi yang begitu indah
   
          gelisah tak perlu lagi ku rasa
          kecewa ingin ku hempas keangkasa
          ingin sejenak kulupakan duka lara
          bersama cinta yang mulai merakah
          dengan hadirnya dirimu
          yang telah mengembalikan semangat hidupku
          yang sekian lama terbelenggu oleh duka lara

Selasa, 04 Oktober 2011

Cinta dan Sahabat

Cinta adalah kenangan
Tapi sahabat adalah kepercayaan
Cinta untuk sesaat
Tapi sahabat untuk selamanya
   
                  Cinta saling memiliki
                  Tapi sahabat saling memberi
                  Senyum seorang sahabat dapat meredakan amarah karna cinta

                  Pelukan seorang sahabat dapat menghapus beban karna cinta



Sahabat seperti krayon yang selalu memberi warna
Sahabat saperti bintang dilangit
Walau jauh namun tetap bercahaya
Sahabat bukanlah sebates kata

               Tapi sahabat itu adalah rasa dari perasaan
               Meskipun sahabat tidak hidup bersama
               Tapi akan terkenang untuk selamanya

Dan takan bisa terlupakan
Karena sahabat itu seperti ujung kuku
Seberapapun kuku dipotong dia akan terus tumbuh sampe ujung usia nanti



        




















                      




                 

Selasa, 13 September 2011

Menyambut Datangnya Bulan Ramadhan

      pada hari itu tepatnya hari minggu sehari sebelum  puasa,saya dan keluarga saya pergi untuk membeli keperluan yang akan datang dan untuk menyambut datangnya bulan puasa,setelah selesai membeli keperluan kami  langsung pulang sesampainya di rumah,saya membantu ibu untuk membereskan barang barang yang telah kami beli tadi,dan berhubung hari sudah sore menunjukkan pukul 15.00 seperti biasanya saya juga membantu ibu untuk membersihkan rumah
     setelah selesai membersihkan rumah pukul 16.35 saya beristirahat sebentar dan langsung mandi agar saya dapat menunaikan sholat ashar,setelah sholat ashar saya menonton tv sebentar untuk sekalian menunggu datannya azan mahrib pukul 17.49 adzan magrib berkumandang saya dan keluarga mengambil air wudhlu dan sholat beramaah seletah selesai sholat kami berzikir bersama dan berdoa bessama setelah itu saya mengaji sebentar setelah selesai mengaji kami duduk di teras bersamadan dan  adzan isya pun berkumandang, kami segera menunaikan sholat isa dan sholat taraweh puasa pertama hari pertama taraweh orang orang sangat berantusias untuk mengikutinya bagitu juga dengan para anak kecil mereka terlihat sangat bahagia menyambut datangya bulan puasa